Perbedaan Iblis Dan Setan Menurut Alkitab

Perbedaan Iblis Dan Setan Menurut Alkitab

Perbedaan Setan, Iblis dan Jin

Mengutip dari kitab Taudhihul Adillah 1 karya KH. M. Syafi'i Hadzami, kata setan menurut as-Syaikh Ahmad as-Sawi berasal dari kata 'syatana' yang artinya jauh dari rahmat. Makna setan sebenarnya merupakan nama sifat dan ia tidak memiliki bentuk atau asal tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setan juga dapat menjadi sebutan bagi bangsa jin ataupun manusia. Jin yang bersifat durhaka adalah setan. Demikian pula umat manusia, apabila ia bersifat durhaka maka dia memiliki sifat setan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 112, Allah SWT berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

Artinya: "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." (QS Al-An'am: 112).

Adapun yang dimaksud iblis merujuk pada salah satu jin. Disebutkan dalam buku Mengungkap Rahasia Iblis karya Muhammad Abdul Mughawiri, iblis adalah nama khusus yang merujuk pada jin bernama Azazil. Makna dari iblis ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Kahfi ayat 50, Allah SWT berfirman:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya." (QS Al-Kahfi: 50).

Jadi, bisa dikatakan bahwa iblis ialah seorang oknum berjenis jin. Dulunya, ia termasuk jin yang paling dekat dengan Allah SWT kemudian berubah menjadi ingkar sebab tidak mau diperintahkan untuk bersujud kepada Adam, manusia pertama yang diciptakan.

Sementara itu, makna dari jin adalah makhluk yang berasal dari nyalanya api. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Ar-Rahman ayat 15, Allah SWT berfirman:

وَخَلَقَ ٱلْجَآنَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ

Artinya: "Dan Dia menciptakan jin dari nyala api." (QS Ar-Rahman: 15)

Masih dalam sumber yang sama, as-Sayyid Alawi bin Ahmad as-Saggaf dalam kitab Al-Kaukabu Al-Ajuj menerangkan bahwa jin memiliki dzat yang halus, dapat berubah-ubah bentuk. Sebagian dari jin ada yang beriman dan ada pula yang kafir, ada yang taat dan ada yang durhaka.

Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya Pengantar Studi Akidah Islam menyebutkan bahwa bangsa jin memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu sama-sama memiliki akal, pengetahuan, dan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk.

Jin juga diciptakan untuk menyembah kepada Allah SWT, sebagaimana dikatakan dalam firman-Nya pada surat Adz Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS Adz-Dzariyat: 56).

Akan tetapi, bangsa jin dan manusia dalam beberapa hal memiliki perbedaan yang jauh. Salah satu perbedaan yang mendasar, yaitu terkait dengan materi asal kejadiannya. Mereka dinamakan jin sebab keberadaannya yang tidak bisa dilihat oleh pandangan manusia.

Itulah perbedaan antara setan, iblis dan jin menurut Al-Qur'an. Iblis termasuk salah satu dari jin yang diciptakan dari api sementara setan hanyalah sebutan bagi bangsa jin dan manusia yang memiliki sifat durhaka.

Mengenal musuh merupakan bagian dari perlawanan terhadapnya. Bagi orang beriman, iblis dan setan merupakan musuh yang nyata (QS Yasin [36]: 60). Lantas, siapakah iblis dan setan itu? Kemudian, bagaimana pula perbedaannya? Iblis dalam etimologi bahasa Arab diambil dari kata balasa yang artinya tidak mempunyai kebaikan sedikit pun (man la khaira ‘indah). Sebagian pakar bahasa Arab ada pula yang mengatakan diambil dari kata ablasa yang berarti putus asa. Hal ini dimaksudkan karena iblis telah berputus asa dari rahmat Allah. Menurut riwayat, dahulu iblis bernama Naail atau sebagian riwayat mengatakan Azazil. Setelah dikutuk Allah, ia dipanggil dengan nama iblis.

Jadi, iblis merupakan nama sesosok makhluk. Ia adalah nenek moyang dari bangsa jin, sebagaimana Adam merupakan nenek moyang umat manusia. Seperti jin yang lain, iblis diciptakan Allah dari nyala api (QS al-A’raaf [7]: 12). Jadi, iblis sebangsa dengan jin sebagaimana firman Allah, "Dia (iblis) adalah dari golongan jin."(QS al-Kahfi [18]: 50).

Dahulu, makhluk yang sebelumnya bernama Naail atau Azazil ini sebenarnya makhluk yang paling saleh di antara para malaikat. Secara penciptaan, ia lebih mulia dari malaikat yang hanya diciptakan dari cahaya. Sedangkan ia diciptakan dari biang cahaya itu, yakni api. Ketika Allah mengatakan, ada di antara makhluknya yang akan menjadi iblis, seluruh malaikat meminta kepada Naail agar didoakan tidak dijadikan Allah menjadi iblis. Ia mendoakan seluruh malaikat, namun lupa mendoakan dirinya sendiri. Akhirnya, dirinyalah yang ternyata menjadi iblis.

Naail inilah yang dilaknat dan diusir dari surga karena membangkang kepada Allah ketika diperintahkan sujud kepada Adam (QS al-Baqarah [2]: 34). Setelah dilaknat, ia diberi nama iblis. Ia berdoa agar dipanjangkan umur untuk bisa menyesatkan manusia. Jadi, hingga saat ini iblis masih terus eksis bersama anak keturunannya untuk menyesatkan umat manusia.

Adapun setan merupakan sifat dari iblis. Setan bukanlah makhluk, melainkan sifat. Sama halnya dengan kata munafik atau fasik. Jadi, sebutan setan tidak hanya berasal dari golongan jin saja, tetapi juga dari golongan manusia. Sebagaimana firman Allah, "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin." (QS al-An’am [6] :112).

Dalam Majma’ al-Bahrain, klausul sya-thana disebutkan, setan secara etimologi bahasa Arab diambil dari kata sya-tha-na yang bermakna menjauh. Ini dimaksudkan mereka yang disebut setan jauh dari Allah dan menjauhkan orang beriman dari Rabb mereka. Ja’far Syariatmadari dalam Syarh wa Tafsir Lughat Qur’an mendefinisikan, setiap makhluk yang sangat susah menerima kebenaran dan hakikat baik dari golongan manusia atau jin atau dari kalangan hewan sekalipun maka ia termasuk setan.

Jadi, manusia bisa disebut setan jika ia menjauhkan orang dari Allah. Setan merupakan sebuah entitas dan laqab (gelar) yang memiliki makna pembangkang atau penentang. Setan dimaknai pula sebagai penyebar fitnah dan menyesatkan. Muhammad Bistuni dalam bukunya Syaithan Syinasi az Didghae Qur’an Karim menyebutkan, setan memiliki makna yang beragam, yakni salah satu contoh yang paling nyata dari makna itu, iblis dan serdadunya. Contoh lain dari makna setan ini, yaitu manusia-manusia perusak dan menyesatkan. Dan, juga pada sebagian perkara bermakna mikroba-mikroba pengganggu.

Sedangkan jin adalah satu bangsa seperti halnya bangsa manusia. Kendati iblis berasal dari golongan jin, tidak seluruh jin menyesatkan. Ada pula di antara jin yang saleh dan beriman. Jadi, makhluk berakal dari bangsa jin dan manusia sama-sama berpotensi untuk bisa menjadi setan. Allah telah menciptakan jin terlebih dahulu sebelum menciptakan Adam yang menjadi manusia pertama (QS al-Hijr [15]: 27). Jin telah menjadi penghuni pertama di muka bumi sebelum manusia. Namun, bangsa jin sering melakukan pertumpahan darah dan kerusakan.

Berdasarkan riwayat al-Baihaqi dari Tsa’labah al-Khasyani, Rasulullah pernah memberikan spesifikasi bangsa Jin. "Jin terdiri atas tiga jenis. Ada yang bersayap, mereka terbang di udara. Ada yang berupa ular dan anjing. Ada pula jin yang menempati (suatu tempat) dan berjalan (seperti manusia)." Selain riwayat ini, ada pula yang menyebutkan jenis jin yang disebut al-Ghilan yang mampu berubah berbagai rupa dan bentuk. Kaum cendekiawan dan bangsawan dari golongan jin disebut dengan ifrit. Kaum ini dikenal pula dengan kecerdikan dan kekuatannya. (QS an- Naml [27]: 39). ¦ ed: hafidz muftisany

Penciptaan malaikat, jin, iblis, dan setan dijelaskan dalam Al-Qur'an maupun hadits. Sebab keterbatasan nalar dan kemampuan manusia, dalil-dalil tersebut mengungkap secara detail rahasia di balik penciptaan keempatnya.

Sementara malaikat sendiri merupakan salah satu dari enam rukun Iman yang harus diyakini oleh umat Islam. Dengan mengetahui penciptaannya maka akan bertambah juga keimanan kita kepada Allah.

Setan, iblis dan jin merupakan makhluk gaib ciptaan Allah SWT selain malaikat yang tidak kasat mata. Ketiganya memiliki perbedaan yang dapat diketahui dari makna dan sifat-sifatnya.

Lantas, apa perbedaan setan, iblis dan jin? Berikut penjelasannya:

Penciptaan Malaikat, Jin, Iblis, dan Setan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai penciptaan tersebut. Hal ini dikutip dari buku Rahasia Alam Malaikat, Jin, dan Setan yang ditulis oleh Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah binti Abu Bakar, Rasulullah SAW memberitahukan bahwa malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya. Rasulullah bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ ». (رواه مسلم)

"Malaikat itu diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan pada kalian." (HR. Muslim)

Namun, sebagian ulama menolak hadis tersebut dan hadis-hadis yang sejenis. Karena ini merupakan hadis ahad, dan hadis ahad tersebut tidak bisa dipergunakan untuk menjadi dasar dari akidah.

Menurut Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar hadits di atas hanya sebatas mengabarkan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Sebab itulah kajian lebih lanjut terkait cahaya apa yang menjadi asal penciptaan malaikat tidak dapat dilakukan.

Adapun penjelasan mengenai kapan malaikat diciptakan, juga tidak dirinci dalam keterangan hadits maupun ayat Al-Qur'an.

Namun, bisa diketahui bahwa malaikat diciptakan sebelum Nabi Adam AS. Hal ini didasarkan dari surah Al-Baqarah ayat 30, di mana Allah mengabarkan kepada malaikat bahwa Dia akan mengangkat khalifah di muka bumi.

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi..."

Setan dalam bahasa Arab disebut dengan as-syaithan. Kata ini digunakan untuk menyebut makhluk halus karena kesombongan dan sifatnya yang selalu membangkang terhadap Allah SWT.

Setan juga adalah makhluk yang sangat putus asa terhadap rahmat Allah SWT, sehingga Al-Qur'an menyebutnya pula dengan Iblis. Dalam bahasa Arab, kata iblis disusun dari kata al-balas atau orang yang tidak memiliki kebaikan dan ublisa yang berarti putus asa serta bingung.

Setan disebut juga dengan thaghut, seperti dalam firman Allah surat An-Nisa Ayat 76:

لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ

Artinya: "Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah."

Asal usul setan disebutkan Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu' al Fatawa bahwa termasuk dari golongan jin, sehingga tercipta dari api.

"Setan adalah asal jin sebagaimana Adam adalah asal manusia," tulis Ibnu Taimiyah.

Ibnu Taimiyah juga menambahkan, setan memang tergolong dengan malaikat dari segi rupanya. Namun, setan bukanlah golongan malaikat bisa dilihat dari segi asal usul atau dari segi macamnya.

Prof. Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar menjelaskan tentang tujuan penciptaan jin, yaitu sama dengan tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,"

Jin sendiri juga terbagi menjadi beberapa kelompok seperti manusia. Ada diantara mereka yang istiqomah dalam mengerjakan amal kebaikan.

Ada juga yang bodoh serta lalai. Ada juga yang termasuk golongan jin kafir dan jumlahnya adalah yang terbanyak.

Rasulullah SAW dalam haditsnya mengabarkan tentang asal penciptaan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari api. Hal ini sekaligus juga untuk membantah mereka yang tidak membedakan asal penciptaan keduanya.

Menurut sumber lain dalam buku Yang Tersembunyi oleh M Quraish Shihab, kata jin sendiri berasal dari akar kata jinnun yang artinya ketersembunyian atau ketertutupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti jin juga dijelaskan sebagai makhluk halus (yang dianggap berakal).

Itulah sedikit penjelasan mengenai penciptaan malaikat, jin, iblis dan setan yang bisa diketahui.

HABIB HERMAWAN, NIM. 13530094 (2017) JIN, SETAN, DAN IBLIS DALAM TAFSIR DEPARTEMEN AGAMA RI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Di dalam pemahaman umat manusia, khususnya kaum Muslimin, masih sering sekali salah dalam memahami dan mendeskripsikan jin, Iblis, dan setan. Mereka seringkali disebutkan dalam al-Qur`an, bahkan di mayoritas umat Muslim sudah tidak asing lagi mendengarnya. Dengan demikian, eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT tidak diragukan lagi, berdasarkan al-Qur`an dan as-Sunnah. Al-Qur’an menggambarkan jin sebagai makhluk ciptaan Allah yang terbuat dari api dan ditempatkan di alam ghaib, sedangkan Iblis adalah makhluk Allah yang melakukan pembangkangan secara terang-terangan atas perintah Allah ketika dia diperintahkan bersujud kepada Nabi Adam, dan setan adalah makhluk yang selalu memperdayakan manusia ke dalam kesesatan. Oleh karena itu, menginspirasi peneliti mengkaji perbedaan, persamaan, dan korelasi antara jin, Iblis, dan setan yang terdapat dalam Tafsir Departemen Agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data utama melalui riset perpustakaan (library research). Adapun metode penyelesaian yang dipakai ialah metode deskriptif-analisis, yakni menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan jin, Iblis, dan setan. Setelah ayat-ayat terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam dengan Tafsir Departemen Agama. Dengan metode deskriptif-analisis ini, maka peneliti dalam kesimpulan memaparkan secara umum hasil penelitian. Dari penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa antara jin, Iblis, dan setan memiliki beberapa persamaan, yaitu asal penciptaannya yang berasal dari api dan sifat buruk yang mampu menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Akan tetapi, antara jin, Iblis, dan setan mempunyai perbedaan, yakni bahwa jin adalah makhluk Allah yang mempunyai kewajiban seperti halnya manusia. Sedangkan Iblis ialah makhluk yang durhaka kepada Allah yang tidak menaati perintah-Nya. Dia bersama setan-setan akan dimasukan ke dalam neraka sebagai pembalasan atas perbuatannya. Selain adanya persamaan dan perbedaan, antara jin, Iblis, dan setan memiliki korelasi, yaitu Iblis termasuk makhluk dari golongan jin. Kemudian dalam diri jin juga terdapat sifat-sifat setan yang tercela. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara tidak langsung Iblis juga memiliki sifat setan.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

JAKARTA, Pena Katolik – Sepintas, Alkitab Katolik dan Protestan terlihat sama, dengan kitab-kitab dasar yang sama dikumpulkan bersama dalam satu volume. Namun, jika dilihat lebih dekat, Alkitab Protestan kehilangan beberapa kitab yang termasuk dalam Alkitab Katolik.

Pertama, orang-orang Kristen tidak memiliki satu pun volume teks yang diilhami selama kira-kira 300 tahun pertama. Penciptaan dan kompilasi Alkitab adalah proses yang panjang. Para pemimpin Gereja mula-mula menyaring banyak manuskrip dan membedakan, menggunakan beberapa kriteria historis, doktrinal, dan teologis yang berbeda, kitab mana yang harus disimpan dan dimasukkan dalam kanon, dan kitab mana yang harus disisihkan.

Perjanjian Lama sebagian besar didasarkan pada terjemahan Yunani dari teks-teks Ibrani yang diterima secara luas sebagai terjemahan yang sah (dan bahkan diilhami). Ini dikenal sebagai “Septuaginta” (dari kata Yunani untuk 70) dan sangat populer di kalangan orang Yahudi berbahasa Yunani.

Persetujuan kitab-kitab mana yang akan dimasukkan dalam Perjanjian Baru dimulai dengan Konsili Laodikia pada tahun 363, dilanjutkan ketika Paus Damasus I menugaskan St. Jerome menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin pada tahun 382, ​​dan diselesaikan secara pasti selama Sinode Hippo (393) dan Kartago (397).

Tujuannya adalah untuk mengabaikan semua karya keliru yang beredar pada saat itu dan menginstruksikan Gereja-Gereja setempat tentang kitab-kitab mana yang boleh dibacakan dalam Misa.

Sebagai hasil dari sinode-sinode ini, Alkitab tetap tidak berubah sampai reformasi Protestan.

Setelah abad ke-16, setiap pemimpin Protestan utama memiliki interpretasi yang berbeda mengenai iman Kristen dan peran Alkitab. Ini mengarah pada proses di mana berbagai kitab dalam Alkitab dihapus karena “ketidaksesuaian” mereka dengan kepercayaan Protestan.

Selanjutnya, Protestan biasanya menggunakan daftar kitab-kitab Perjanjian Lama yang disetujui oleh para sarjana Ibrani di kemudian hari, mungkin pada abad ke-2 atau ke-3 Masehi. Katolik, di sisi lain, menggunakan Septuaginta Yunani sebagai dasar utama untuk Perjanjian Lama.

Ini berarti bahwa Alkitab Protestan hanya memiliki 39 kitab dalam Perjanjian Lama, sedangkan Alkitab Katolik memiliki 46. Tujuh kitab tambahan yang termasuk dalam Alkitab Katolik adalah Tobit, Judith, 1 dan 2 Makabe, Kebijaksanaan, Sirakh, dan Baruch. Kanon Katolik juga mencakup bagian dari Kitab Ester dan Daniel yang tidak ditemukan dalam Alkitab Protestan.

Beberapa Alkitab Protestan masih memasukkan kitab-kitab ini, sementara yang lain tidak. Karena ada banyak denominasi Protestan di seluruh dunia, daftarnya bervariasi sesuai dengan praktik masing-masing gereja Kristen.

Setan, jin, dan iblis adalah ketiga makhluk ghaib yang disebut dalam Al-Qur'an sebagai pengganggu manusia. Lantas, apakah ketiganya adalah makhluk yang sama?

Mengutip KH. M. Syafi'i Hadzami dalam Kitab Taudhihul Adillah 1, kata setan berasal dari kata 'syatana' yang artinya jauh dari rahmat. Pendapat ini dikemukakan oleh menurut as-Syaikh Ahmad as-Sawi dalam Kitab Al-Kaukabu Al-Ajuj. Makna setan sebenarnya merupakan nama sifat dan ia tidak memiliki bentuk atau asal tertentu.

Setan juga merupakan sebutan bagi bangsa jin ataupun manusia. Dalam artian, jin yang bersifat durhaka adalah setan. Keterangan ini dibuktikan dalam Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 112,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

Artinya: "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."

Sementara, iblis merujuk pada salah satu jin. Hal ini dijelaskan dalam buku Mengungkap Rahasia Iblis karya Muhammad Abdul Mughawiri, iblis adalah nama khusus yang merujuk pada jin bernama Azazil. Makna dari iblis ini terdapat dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi ayat 50,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya."

Jin termasuk salah satu makhluk yang dekat dengan Allah SWT. Namun, menjadi ingkar akibat keengganannya saat diminta bersujud kepada Nabi Adam AS, manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Jin itulah yang kemudian disebut dengan iblis.

Untuk itu, as-Sayyid Alawi bin Ahmad as-Saggaf menjelaskan, ada kelompok jin yang taat serta beriman dan ada pula yang kafir hingga durhaka. Lebih lanjut, makna dari jin adalah makhluk yang berasal dari nyalanya api. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Ar-Rahman ayat 15,

وَخَلَقَ ٱلْجَآنَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ

Artinya: "Dan Dia menciptakan jin dari nyala api."

Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya Pengantar Studi Akidah Islam menyebutkan bahwa bangsa jin memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu sama-sama memiliki akal, pengetahuan, dan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk.

Jin juga diciptakan untuk menyembah kepada Allah SWT, sebagaimana dikatakan dalam firman-Nya pada surah Adz Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Setan, Jin, dan Iblis Alami Kematian

Terkait kemiripan jin dan manusia, Umar Sulaiman Al-Asyqar juga menjelaskan, ternyata jin diketahui bisa mengalami kematian. Hal ini juga berlaku bagi setan dan iblis sebagaimana termaktub dalam surah Ar Rahman ayat 26-28,

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۖوَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِۚفَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Artinya: Semua yang ada di atasnya (bumi) itu akan binasa. (Akan tetapi,) wajah (zat) Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?

Selain itu, ditegaskan pula dalam riwayat hadits dalam Shahih Al Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW bersabda, "Aku berlindung kepada keagungan-Mu yang tiada Tuhan selain Engkau. Engkau tidak pernah mati, sedangkan jin dan manusia akan mati." (HR Bukhari)

Namun, pengetahuan terkait batas usia yang pasti untuk makhluk ghaib ini berada di luar batas kemampuan manusia. Namun yang pasti, Allah SWT memberitahukan bahwa iblis akan tetap hidup sampai hari kiamat sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al A'raf ayat 14-15,

قَالَ اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَقَالَ اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ

Artinya: Ia (Iblis) menjawab, "Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan." Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan waktu."

Meski demikian, bangsa jin dan manusia dalam beberapa hal memiliki perbedaan yang jauh. Salah satu perbedaan yang mendasar, yaitu terkait dengan materi asal kejadiannya. Mereka dinamakan jin sebab keberadaannya yang tidak bisa dilihat oleh pandangan manusia.

Keberadaan malaikat merupakan suatu yang dinyatakan secara jelas dalam alkitab. Mulai dari Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru. Berdasarkan alkitab, malaikat dideskripsikan sebagai makhluk supranatural dari surga yang diciptakan oleh Tuhan Yesus.

Sejak masih kecil, kita selalu berimajinasi tentang malaikat yang memakai baju putih dan memiliki sayap. Namun, apakah hal tersebut benar adanya? Supaya gak salah dan bingung, kita simak bersama penjelasan mengenai Seperti Apa Bentuk Malaikat Menurut Alkitab dan Faktanya? di bawah ini, yuk!

Seperti Apa Bentuk Malaikat Menurut Alkitab dan Faktanya?

Berdasarkan kitab Ibrani 1 :14, malaikat merupakan makhluk roh sehingga mereka tidak memiliki bentuk jasmani yang permanen. Namun, malaikat bisa menampakkan diri dalam bentuk manusia.

Allah dan dua malaikat-Nya pernah menampakkan diri sebagai laki-laki dan benar-benar makan bersama Abraham. Malaikat berkali-kali menampakkan diri sebagai laki-laki di dalam Alkitab (Yos 5:13-14; Mrk 16:5).

Meskipun begitu, di kesempatan lainnya malaikat tidak menampakkan diri sebagai manusia, namun menyerupai sesuatu yang berasal dari dunia lain. Wujud mereka yang menakutkan tidak jarang membuat orang-orang takut.

Sehingga ketika malaikat menampakkan diri, kata pertama yang mereka ucapkan adalah “Jangan takut,” hal tersebut diakibatkan reaksi orang-orang yang menghindar dari mereka. Mengenai ciri-ciri fisiknya, malaikat seringkali digambarkan sebagai sosok yang memiliki sayap. Ukiran kerubim pada tabut perjanjian memiliki sayap yang menudungi tutup pendamaian (Kel 25:20).

Dalam kitab Yesaya 6 : 2, Yesaya melihat serafim yang bersayap dalam penglihatannya mengenai takhta surgawi. Setiap dari mereka memiliki enam sayap. Selain itu, Yehezkiel juga mendapat penglihatan mengenai malaikat yang bersayap.

Sedangkan berdasarkan kitab Yesaya 6 : 1, malaikat digambarkan memiliki ciri-ciri fisik seperti manusia, yakni memiliki wajah, kaki, serta suara. suara malaikat terdengar sedang bernyanyi dan memuji Allah.

Berdasarkan Daniel 10:5-6: “Aku mengarahkan mataku dan melihat, tampaklah seorang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari Ufas. Tubuhnya seperti permata Tarsis, wajahnya seperti cahaya kilat, matanya seperti obor api yang menyala, lengan dan kakinya seperti tembaga yang digosok, dan suara perkataannya seperti suara keramaian banyak orang.”

Fakta tentang malaikat menurut alkitab

1. Malaikat tidak boleh disembah

Meskipun malaikat termasuk sebagai makhluk sorgawi yang tidak bisa mati, namun kita tetap tidak boleh menyembah mereka. Tuhan sangat melarang manusia untuk menyembah malaikat.

Pada waktu zaman Alkitab, terdapat beberapa orang sesat yang beribadah kepada malaikat dan menyembahnya. Hal tersebut dipercaya sangat bertentangan dengan ajaran alkitab.

2. Malaikat merupakan cikal bakal iblis atau setan

Berdasarkan 2 petrus 2 : 4 dan Yudas 1 : 6, malaikat-malaikat yang memberontak kepada Tuhan dan ditawan di suatu tempat hingga tibalah hari penghakiman bagi mereka.

Namun, tidaklah semua malaikat yang memberontak ditawan di tartaros, melainkan justru dilempar ke bumi. Itulah mereka yang disebut sebagai iblis dan setan.

3. Malaikat Tuhan adalah Tuhan sendiri dalam wujud malaikat

Tuhan juga cukup sering menampakkan dirinya dalam wujud malaikat. Hal ini terbukti dalam penampakkan Tuhan kepada Hagar dalam kitab Kejadian 16 : 7, penampakkan pada Abraham dalam kitab Kejadian 22 : 11, kepada Musa dalam Keluaran 3 ; 1-2, dan kepada Gideon dalam kitab Hakim-hakim 6 : 11-12.

Malaikat Tuhan adalah Tuhan sendiri tampak dari wibawa dan perkataan-Nya yang sama dengan cara berbicara Tuhan.

4. Pelayanan malaikat berkurang setelah zaman perjanjian baru

Setelah zaman alkitab, peran malaikat semakin berkurang. Peran malaikat tidaklah sebesar pada zaman alkitab. Terdapat dua faktor yang menjadi penyebab pelayanan malaikat tersebut berkurang adalah :

5. Malaikat sangat berperan pada akhir zaman

Setelah peran malaikat sudah jarang pada zaman ini, pada akhir zaman malaikat akan muncul lagi dan memainkan peranan yang sangat penting.

Jika kita membaca kitab Wahyu, yang merupakan penyingkapan akan akhir zaman, maka kita dapat melihat bahwa para malaikat sangat berperan aktif dalam melaksanakan perintah Tuhan.

6. Malaikat adalah makhluk sorgawi yang diutus kepada manusia

Malaikat bertugas untuk menyampaikan firman Tuhan kepada manusia di bumi dan menolong umatNya dalam situasi yang sulit,

Contoh nyata malaikat menyampaikan firman Tuhan terdapat dalam kitab Lukas 1 : 11 – 17 dimana malaikat memberitahukan kelahiran Yohanes pembaptis kepada Zakharia.

7. Malaikat diciptakan abadi, tanpa mengalami kematian

Malaikat tidak bisa mengalami kematian jasmani, namun kematian rohani. Malaikat juga bisa dihukujm sehingga dijauhkan dari hadirat Tuhan.

Hal tersebut bergantung pada bentuk ketaatan malaikat pada Tuhan. Semakin malaikat taat kepada Tuhan, maka ia juga semakin tidak bisa mati secara rohani.

8. Malaikat tidak berjenis kelamin, tetapi selalu menampakkan diri dalam wujud laki-laki

Di zaman sekarang, malaikat digambarkan sebagai wujud perempuan yang bersayap. Hal ini sering kita lihat dalam karya seni lukis dan pahat. Mungkin karena malaikat sering menolong, berhati lembut, dan penuh cinta kasih digambarkan mirip dengan perempuan.

Alkitab lebih menonjolkan kekuatan dan ketegasan malaikat dalam hal penghukuman. Sehingga, malaikat lebih cocok digambarkan sebagai laki-laki.

9. Jumlah malaikat sangat banyak, mungkin karena banyak orang percaya

Setelah peran malaikat sudah jarang pada zaman ini, pada akhir zaman malaikat akan muncul lagi dan memainkan peranan yang sangat penting.

Jika kita membaca kitab Wahyu, yang merupakan penyingkapan akan akhir zaman, maka kita dapat melihat bahwa para malaikat sangat berperan aktif dalam melaksanakan perintah Tuhan.

10. Di alkitab hanya dua malaikat yang disebut namanya

Meskipun sebelumnya kita ketahui bahwa jumlah malaikat banyak, namun hanya dua malaikat yang namanya disebut di dalam alkitab. Kedua malaikat tersebut adalah Gabriel dan Mikhael.

Gabriel bertugas membawa firman Tuhan kepada Daniel, Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, dan Maria. Sedangkan Mikhael dikenal sebagai penghulu malaikat. Ia berperang melawan orang Persia bagi orang Yahudi.

Itulah dia jawaban tentang Seperti Apa Bentuk Malaikat Menurut Alkitab dan Faktanya? Semoga bermanfaat!